ASWAJA AN-NAHDLIYAH
(Ajaran Ahlussunnah wa
al-jama'ah yang berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama)
Mukaddimah
Nahdlatul Ulama (NU)[1]
adalah jam'iyah yang didirikan oleh para Kiai Pengasuh Pesantren. Tujuan
didirikannya NU ini diantaranya adalah:
A.
memelihara, melestarikan,
mengembangankan, dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wa al-jama'ah yang
menganut pola madzhab empat: Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hanbali,
B.
mempersatukan lagkah para
ulama dan pengikut-pengikutnya,dan
C.
melakukan kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk menciptaka kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan
ketinggian harkat serta martabat manusia.
Islam Ahlussunnah wa
al-jama'ah adalah ajaran sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis:
"Kaum Yahudi
bergolong-golong menjadi 71, kaum Nasrani menjadi 72, dan umatku (umat Islam)
menjadi 73 golongan. Semua golongan masuk neraka kecuali satu. "Para
sahabat bertanya: Siapa satu orang yang selamat itu ? Rasulullah mejawab,
"Mereka adalah Ahlussunnah wa al-jama'ah (penganut Sunnah dan
Jama'ah)." Apakah Ahlussunnah wa al-jama'ah itu? Ahlussunnah wa al-jama'ah
ialah ma ana 'alaihi wa ash habi (apa yang aku berada di atasnya bersama
sahabatku)."
Jadi, Islam Ahlussunnah wa
al-jama’ah adalah ajaran (wahyu Allah SWT) disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada
sahabat-sahabatnya dan beliau amalkan serta diamalkan para sahabat.
Memang ada yang menilai hadits
tersebut mengandung kelemahan. Tetapi bila dijadikan pegangan dan pedoman untuk
mengukur pandangan dan perilaku yang dapat dibenarkan ajaran Islam pasti lebih
baik dibanding keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan
kebenarannya.
Paham Ahlussunnah wa al-jama’ah
dalam Nahdlatul Ulama mencakup aspek aqidah, syari’ah dan akhlaq. Ketiganya,
merupakan satu kesatuan ajaran yang mencakup seluruh aspek prinsip keagamaan
Islam. Didasarkan pada manhaj (pola pikiran) Asy’ariyah dan maturidiyah dalam
bidang aqidah, empat madzhab besar dalam bidang Fiqh (Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Hanbali), dan dalam bidang tasawuf menganut manhaj Imam al-Ghazali dan Imam
Abu al-Qasim al-Junaidi al-Baghdadi,[2]
serta para imam lain yang sejalan dengan syari’ah Islam.
Ciri utama Aswaja NU adalah
sikap tawassuth dan I’tidal (tengah-tengah dan atau keseimbangan). Yakni selalu
seimbang dalam menggunakan dalil, antara dalil naqli dan dalil aqli, antara
pendapat Jabariyah dan Aswaja An-Nahdliyah.
[1] NU
didirikan notabene oleh para Ulama yang tergabung dalam Komite Hijaz. Para
Ulama sepakat mendirikan organisasi beserta namanya yang diserahkan amanat
peresmiannya kepada KH Hasyim Asy’ari setelah KH Hasyim Asy’ari er-istikharah. Dan
buahnya kemudian beliau mendapat kepercayaan dari gurunya, yakni KH. Muhammad
Kholil Bangkalan Madura untuk mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU).
[2] Dalam
karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, “Risalah Ahl al-Sunnah al-jama’ah”Hal :
9 beliau menyatakan: “Dalam bidang tasawuf sejalan (mengikuti) dengan Imam
al-Ghazali dan al-Imam Abi al-Hasan al-Sadzili”.
0 komentar:
Posting Komentar