Prof. Yohanes
Surya : Carikan Saya Anak Yang Paling Bodoh
"Carikan
saya anak yang paling bodoh dari Papua, akan saya latih"
Prof. Yohanes
Surya PhD. yang dilahirkan di Jakarta 6 Nopember 1963 ini, tidak asing lagi
bagi telinga kita karena telah melahirkan segudang prestasi ditingkat
internasional. Proffesor lulusan College of William and Mary, Jurusan Fisika
dari USA, dibawah bimbingan beliau, pelajar dari Indonesia telah mampu
berbicara di tingkat dunia. 54 medali emas, 33 medali perak dan 43 medali
perunggu telah diraih pelajar indonesia didalam berbagai lomba olimpiade
tingkat internasional. Bahkan pada tahun 2006, Pelajar Indonesia menjadi juara
dunia, mengalahkan 86 negara.
Hari ini beliau
banyak berbincang dengan anggota PPI Kyoto, di Universitas Kyoto, Jepang.
Beliau bercerita rahasia resepnya untuk menjadi seorang pengajar yang luar
biasa. Mengapa luar biasa? Tentu saja, karena sudah membuat Pelajar Indonesia
menjadi Juara Dunia di bidang Fisika.
Tetapi yang
menarik buat saya adalah, beliau mengatakan bahwa orang Indonesia itu cerdas,
jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik. Beliau mengatakan, “Tidak ada
anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar
dari guru yang baik dan metode yang benar.” Untuk membuktikan pendapatnya ini,
maka beliau pergi ke Papua untuk mencari murid yang paling bodoh, yang paling
sering tinggal kelas, yang tidak bisa menjumlahkan, pokoknya yang bodohnya tak
ketulungan lah kata orang Jakarta.
Mereka dibawa
ke Jakarta, dalam tempo 6 bulan anak anak itu sudah menguasai pelajaran kelas 1
sampai kelas 6 SD. Ada satu orang anak yang sudah 4 tahun tinggal kelas di
kelas 2 SD, dilatih kemudian menjadi juara nasional untuk olimpiade matematika,
dan juga menjadi juara lomba membuat robot tingkat nasional. Banyak dari antara
anak-anak papua yang paling bodoh itu, yang kampungnya paling terpencil, dimana
semua orang masih pakai koteka, setelah di latih oleh guru yang baik dan metode
yang benar, setelah di beri kesempatan, maka pada tahun 2011, anak-anak itu
menjadi juara Olimpiade Sains dan Matematika Asia , dengan merebut emas, perak
dan perunggu.
Masih sungguh
banyak prestasi yang dicapai Sang Guru ini, yang tak mungkin saya ceritakan
dalam tulisan singkat ini. Tetapi cukuplah mewakili bahwa dengan memberi
kesempatan bagi anak anak dari desa terpencil di Indonesia, mereka bisa menjadi
Juara Dunia.
Prof. Yohanes
Surya PhD, setelah menyelesaikan studinya di USA, beliau sempat kerja disana
dan ditawari berbagai hal menarik supaya tetap di USA. Tetapi beliau memilih
untuk pulang ke Indonesia untuk berbuat sesuatu. Beliau punya mimpi 15 tahun
kedepan untuk mendidik anak-anak Indonesia yang paling tertinggal
didaerah-daerah, sehingga mereka menjadi Doktor (PhD), 30000 doktor, yang disebar
diseluruh pelosok negeri. Jika ini terwujud, maka Indonesia akan bisa berbicara
di Tingkat Internasional, bahkan kita akan bisa bertanding dengan negara maju
seperti USA.
Jika anak-anak
Papua bisa menjadi juara olimpiade fisika, juara olimpiade matematika, Juara
membuat robot, maka semua anak-anak Indonesia yang paling bodoh sekalipun
diseluruh nusantara, jika diberi kesempatan dan dibimbing dengan metode yang
benar, maka sangat mungkin menciptakan 30000 doktor yang tersebar diseluruh
Indonesia, ketika itu terjadi maka kemajuan negeri kita akan sama dengan USA,
bahkan seperti pelajar Indonesia yang juara Olipiade Fisika, maka kita bisa
jadi juara dunia, semua mungkin jika kita berusaha. Mestakung, kata beliau,
semesta akan mendukung jika kita berusaha.
Apa rahasianya
menjadi guru yang baik? “Guru yang baik
adalah guru yang bisa menginspirasi para muridnya, guru yang baik adalah guru
yang bisa mengajarkan muridnya dengan mudah, ceria dan senang.” Metode yang
diyakininya ini ternyata telah berhasil dengan luar biasa. selain menjadi Juara
Dunia di bidang Fisika dan Matematika, sudah banyak anak didiknya menjadi
ilmuwan dan PhD terkemuka didunia. Satu lagi kita sudah menjadi lawan yang
tangguh di bidang matematika dan fisika. Seumpama ini adalah pertandingan bola,
maka kita adalah Brazil atau Jerman. Lawan yang sudah ditakuti lawan sedunia.
Mesir, 4
Desember 2014
Kisah sebuah
tes tulis lamaran kerja
Kisah ini saya
dapatkan di status facebook salah seorang sahabat saya. Saking inspiratifnya,
saya tergerak untuk segera tuliskan ulang dan hadirkan untuk Anda.
Dikisahkan
suatu waktu di Indonesia, ada sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen untuk
sebuah posisi. Perusahaan tersebut perusahaan besar, yang sampai sekarang pun
namanya insya Allah masih cukup dikenal di Indonesia. Pelamar untuk posisi
tersebut terbilang besar, sekitar 2000-an orang. Namun hanya 1 orang yang
akhirnya diterima bekerja disana.
Dalam proses
rekrutmen, perusahaan tersebut memberikan sebuah tes tertulis. Isi tes
tertulisnya, adalah sebuah kasus untuk dijawab oleh calon karyawannya. Berikut
kasus dalam tes tulis.
Anda sedang
mengendarai motor ditengah malam yang hujan, ditengah jalan Anda melihat 3
orang sedang menunggu kedatangan angkot :
- Seorang nenek
tua yang sangat lapar.
- Seorang
dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang
special yang selama ini menjadi idaman hati Anda.
Anda hanya bisa
mengajak satu orang untuk dibonceng, siapakah yang akan Anda ajak ?
Dan jelaskan
mengapa Anda melakukan itu!!
Jika Anda ikut
dalam proses rekrutmen tersebut, kira-kira jawaban Apa yang akan Anda berikan?
Jangan teruskan
membaca kebawah sebelum Anda memberikan jawaban
Anda.
Serius,
jawablah dulu, baru kita lihat jawaban yang diterima.
dari 2000an
pelamar & jawaban, hanya 1 yg diterima, Orang tersebut tidak menjelaskan
jawabannya, hanya menulis dengan singkat :
"Saya akan
memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa
nenek tua tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap
tinggal disana dengan sang idaman hati untuk menunggu angkot."
Dan
diterimanyalah ia serta langsung mendapat kualifikasi smart & brilliant
employee
Lepas dari
nilai non-syar’i terkait khalwat-nya, Bagi saya pribadi, hikmah yang bisa saya
petik adalah kita dapat melakukan sebuah efisiensi pekerjaan yang menyenangkan.
Syaratnya hanyalah kita mau berkorban lebih untuk mendapatkan sesuatu yang
insya Allah lebih besar.
Mesir, 4
Desember, 2014
Soal ujian
Beberapa waktu
yang lalu, saya mendapatkan sebuah cerita yang menarik melalui Fb dari seorang sahabat. Karena
cerita ini menarik, saya mencoba ingin
berbagi cerita tersebut kepada para pembaca pada kesempatan ini. Begini ceritanya ;
Ini kisah
tentang Riri, salah seorang mahasiswi
yang sedang menyelesaikan kuliah semester akhir di sebuah Universitas Negeri.
Riri mengambil jurusan disebuah fakultas
yang cukup favorit, yaitu Fakultas Kedokteran. Sebuah fakultas – menurut
keyakinannya – yang dapat membuat hidupnya lebih baik di masa mendatang. Bukan
kehidupan yang hanya baik untuknya, tetapi juga buat keluarganya yang telah
berusaha susah payah mengumpulkan uang, agar ia dapat meneruskan dan lulus dari
kuliahnya dengan baik.
Kakaknya pun
rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian
gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratorium serta
praktikum yang cukup tinggi untuk Riri.
Kini tiba
saatnya Riri harus mengikuti ujian semester akhir, mata kuliah yang diberikan
oleh dosennya cukup unik. Saat itu sang dosen ingin memberikan
pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan.
“Agar aku bisa
dekat dengan mahasiswa.” cerita Riri menirukan kata dosennya kepada mahasiswa
beberapa waktu lalu.
Satu per satu
pertanyaan pun dia lontarkan, para
mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian
mereka.
Ketakutan dan
ketegangan Riri saat ujian terjawab saat itu, pasalnya 9 pertanyaan yang
dilontarkan oleh sang dosen lumayan mudah untuk dijawab olehnya. Jawaban demi
jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawaban.
Hingga
sampailah pada pertanyaan ke-10.“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
“Coba tuliskan
nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di
gedung Jurusan ini !” kata sang dosen sambil menggerakkan tangannya menunjuk
keseluruh ruangan kuliah.
Sontak saja mahasiswa
seisi ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas
pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan
kali ini, pikir Riri dalam benaknya.
“Ini serius !”
kata sang dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending
dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang ! ”. lanjutnya mengingatkan.
Riri tahu
persis siapa orang yang ditanyakan oleh dosennya itu. Dia adalah seorang ibu
tua, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung. Dan ia juga
mungkin satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran tempat Riri
kuliah. Ibu tua itu selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di
sini. Ia senantiasa menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa
yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuat Riri merasa konyol, justru ia
tidak hafal nama ibu tua tersebut !!! Dan dengan terpaksa ia memberi jawaban
‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar
jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu.
Sambil
menyodorkan kertas jawaban, Riri mencoba memberanikan diri bertanya kepada
dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah
pertanyaan itu dalam ujian kali ini ?.
“Justru ini
adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” kata sang dosen.
Mendengar
jawaban sang dosen, beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu
berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang
lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau
D,” ungkap sang dosen.
Semua berdecak,
Riri pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?” Jawab sang dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang
peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Lalu sang
sang dosen pergi membawa tumpukan kertas
jawaban ujian itu sambil meninggalkan para mahasiswa dengan wajah yang masih
tertegun.
******Peduli
merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta
penyelesai masalah di masyarakat. Dan peduli, sudah seharusnya menjadi milik
semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Riri nomor ke-10 di atas,
kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. Maka seberapa pedulikah kita
? sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Semoga
cerita di atas menjadi hikmah untuk kita.Mesir,
4 Desember 2014
10 Ribu Membuat
Anda Mengerti Cara Bersyukur
Ada seorang
sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri
dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko
swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik
belanjaan.Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri
seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita
pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
Istri Budiman
kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah
1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak
mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya.
Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan
jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku
dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan
sedekah untuk bisa membeli makanan!"
Mendapati
isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak
tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan
sedekah untukmu!"
Ironisnya meski
tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah
gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman
berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang
tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM,
Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO.
Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan
senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik
sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu
berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang
berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet.
Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi
meminta tambahan sedekah.
Saat sang
wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun
berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan
kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat
untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk
tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan
keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"
Budiman tidak
menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira
bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang
diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan
membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri
kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati
Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap
tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman
membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk
ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.
Budiman masih
terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan
keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun
mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.
Dengan suara
yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja
menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"
Awalnya istri
Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi
tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan
kalimatnya:
"Bu...,
aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah
berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku,
mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya
menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya
bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan
ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari
10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan
tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu..., aku malu
kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan
berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke
dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar
biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun
aku tak berucap hamdalah."
Budiman
mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air
mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama
ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang
kerap lalai atas segala nikmat-Mu.
Mesir, 4
Desember 2014
Gratis
Sepanjang Masa
Suatu sore,
seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang
telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia
pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:
Untuk memotong
rumput Rp. 5000
Untuk
membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke
toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga
adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang
sampah Rp. 1000
Untuk nilai
yang bagus Rp. 3000
Untuk
membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah
utang ibu adalah Rp. 25000
Sang ibu
memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak
sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia
tuliskan:
Untuk sembilan
bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua
malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk semua
mainan, makanan, dan baju, gratis
Untuk membawamu
ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu, gratis
Untuk semua
saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau
dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis
Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati
bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS
Seusai membaca
apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah
ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap
ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang
kamu nak” kata sang ibu.
Kemudian sang
anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil
diperhatikan sang ibu: “LUNAS”
***
Sahabat,
seberapapun jasa yang tlah kita berikan kepada ibu, seberapapun uang yang kita
dapatkan dan kita berikan kepada ibu, atau seberapapun liter keringat kerja
yang kita kumpulkan untuk ibu, tidak akan dapat mengganti kasih sayang seorang
ibu.Kasih ibu sepanjang masa. dapatkah kita menukar kasih sayang ibu itu dengan
materi? menukar dengan bilangan angka?atau menukar dengan rangkaian kata terima
kasih? Tidak sahabat, sama sekali tidak bisa. Oleh karenanya sahabatqu, Berbuat
baiklah kepadanya, sayangilah beliau, cintailah beliau, dan doakanlah beliau….
Mesir, 4
Desember 2014
Wortel, telor,
dan kopi
Seorang anak
perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia
tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa
capek untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi,
maka persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke
dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api.
Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya
beberapa wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan,
pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga
panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.
Sang anak
perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan
melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya
mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok.
Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian
dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada
putrinya, dan bertanya: “Sayangku, apa yang kaulihat?” “Wortel, telur, dan
kopi,” jawab anaknya.
Sang ayah
membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan
mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya
mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak
mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya
menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah
hati ia bertanya “Apa artinya, bapa?” Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda
telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi
masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah
dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya
memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah
dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan
biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu
mengubah air tawar menjadi enak.
“Yang mana
engkau, anakku?” sang ayah bertanya.
“Ketika penderitaan
mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau
kopi?”
Bagaimana
dengan ANDA, sobat?
Apakah Anda
seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan
kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan?
Apakah Anda
seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa
lembut, tetapi setelah terjadi kematian,perpecahan, perceraian, atau pemecatan,
Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi
apakah Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?
Atau apakah
Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan
itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 C. Ketika air menjadi
panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka
ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat
menjadi lebih baikIstana Bunga. dan juga membuat suasana di sekitar Anda
menjadi lebih baik.
Bagaimana cara
Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?
Mesir, 4
November 2014
0 komentar:
Posting Komentar