Menjadi
guru sekaligus orangtua
Banyak di sekitar kita, seorang
guru yang mengata-ngatai peserta didiknya dengan kata-kata yang tak pantas
diucapkan. Sebagai misal, kamu bodoh, kamu goblok, bodoh sekali sih kamu, awas
aku pukul kamu kalau nanti nakal lagi, dan masih banyak contoh kata-kata yang
telah diucapkan guru kepada peserta didiknya.apakah mereka layak dipanggil
dengan sebutan guru? Tentunya tidak layak sama sekali. Sebab kata “Guru”
menurut para ahli diartikan sebagai “ orang yang membimbing”. Ada juga yang
mengatakan kata “Guru” dengan arti “ digugu dan ditiru”. Bertolak dari definisi
tersebut, tentunya tidaklah benar seorang guru melakukan hal seperti yang
dicontohkan diatas. Seharusnya guru adalah orang yang bisa membimbing, menemani
memotivasi para peserta didiknya untuk mencapai kesuksesan.
Beberapa hari yang lalu saya
pergi ke Hotel Panorama untuk menghadiri acara Yudisium para mahasiswa
pascasarjana. Pada waktu itu saya membawa tablet yang sudah saya isi dengan
beberapa video. Nah, dari video ini saya mendapat judul film yang berjudul “the
teacher’s diary”,. Awal saya melihat film ini, serasa bingung. Maksudnya film
ini gimana. Tapi lama kelamaan saya jadi hanyut dalam kisahnya. Isinya sungguh
indah, sungguh damai, sangat luar biasa ceritanya. Meski ending dari cerita ini
kurang memuaskan. Tapi masuk dalam kreteria film yang memotivasi buat saya.
Dari adegan-adegan yang telah
ditampilkan, ada satu yang ini menyadarkan saya, yaitu tentang menjadi seorang
guru. Ternyata menjadi seorang guru itu tidak cukup hanya mengusai materi saja,
tapi kita harus memahami betul tentang emosional peserta didik. Kita tidak bisa
hanya menyampaikan materi saja, tapi juga harus bisa membawa diri kita ke
duania mereka, bukan sebaliknya, memaksa mereka kedalam dunia kita.
Kita semua sadar, bahwa dunia
anak-anak adalah bermain, oleh karena itu kita harus membawa suasana bermain.
Menyenangkan, riang , gembira. Bukan sebaliknya. Kita tidak bisa memaksa mereka
untuk serius terus menerus, sebab dunia mereka bukanlah seperti itu. Jika hal
ini dilanggar, maka kegagalan yang didapat adalah niscaya. Dan yang tidak kalah
pentingnya, kita juga harus bisa menjadi orang tua pengganti dari ayah ibu
mereka. Sebab mereka masih kecil, mereka masih menginginkan rasa aman, rasa
cinta kasih dari orangtua. Mereka belum bisa berfikir mandiri. Mereka belum
bisa berfikir seperti mahasiswa.
0 komentar:
Posting Komentar